Rabu, 23 Juni 2021

Perbedaan Antara Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik

Perbedaan Antara Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik

Perbedaan Antara Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik - Cara berpikir diakronik adalah cara berpikir yang kronologis (urutan) dalam menganalisis suatu peristiwa. Kronologis sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti chronos yaitu waktu dan logos atau ilmu yang berarti kronologi adalah ilmu tentang waktu. Tujuan pengunaan kronologi di dalam sejarah adalah untuk menghindari kerancuan waktu di dalam sejarah.

Kronologi adalah urutan-urutan waktu tentang catatan kejadian-kejadian. Memahami kronologi di dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lalu berdasarkan urutan waktu secara tepat. Selain itu juga dapat membantu untuk membandingkan kejadian-kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang memiliki keterkaitan dengan rangkaian peristiwa yang sedang diamati. Sehingga cara berpikir sejarah yang diakronik juga dianggap berpikir dalam lintas waktu atau yang disebut juga dengan time trajectory.

Sejarah adalah ilmu diakronik, di mana sejarah mementingkan proses, dan sejarah akan membicarakan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu tempat tertentu sesuai dengan urutan waktu terjadinya peristiwa. Dengan menggunakan pendekatan diakronik, sejarah berupaya untuk melakukan analisis suatu evolusi/perubahan dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk dapat menilai bahwa perubahan itu terjadi di sepanjang waktu.

Oleh karena ilmu sejarah bersifat diakronik maka yang menjadi pembahasan di dalam sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh manusia di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa apa yang dialami oleh manusia tidak bersifat statis, melainkan bersifat dinamis, terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu, berubah, berkembang, berkesinambungan, bahkan terjadi pengulangan. Hal ini terjadi oleh karena manusia sebagai pelaku utama dari gerak sejarah yang memiliki sifat dinamis. Sifat dinamis manusia itulah yang menjadikan peristiwa-peristiwa sejarah pun juga bersifat dinamis (berubah-ubah).

Selain melalui cara berpikir diakronik, selanjutnya terdapat cara berpikir sejarah secara sinkronik. Perlu diketahui bahwa suatu peristiwa sejarah yang sama, dapat pula direkonstruksi dengan cara berpikir sinkronik. Berpikir sinkronik yaitu menyertakan cara berpikir ilmu-ilmu sosial yaitu melebar dalam ruang, serta mementingkan struktur dalam satu peristiwa.

Sinkronik berasal dari bahasa Yunani yaitu syn (dengan) dan chronos (waktu) yang berarti dengan waktu. Berpikir sejarah secara sinkronis yaitu menerapkan cara berpikir yang meluas dalam ruang, namun terbatas dalam waktu. Sinkronik juga diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu periode tertentu. Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. cara berpikir sinkronik lebih memberikan penekankan pada struktur, yang berarti meluas dalam ruang.

Pendekatan sinkronik menganalisa suatu peristiwa pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Hal ini dimaksudkan tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi tertentu. Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu.

Kajian sejarah yang menerapkan cara berpikir sinkronik memiliki pemahaman sebagai mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu secara detail atau mendalam. Konsep sinkronik di dalam sejarah mempelajari, mengkaji, pola-pola, gejala dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada waktu tertentu. 

Senin, 14 Juni 2021

Sejarah Kemunculan Komunisme di Indonesia

Sejarah Kemunculan Komunisme di Indonesia

 
Sejarah Kemunculan Komunisme di Indonesia - Penanaman modal kapital di Indonesia pada sejak akhir abad ke-XIX telah meningkat dengan sangat cepat. Hal ini telah membawa perubahan besar di dalam kehidupan ekonomi dan sosial yang ada di Indonesia (Hindia-Belanda). Untuk mengerjakan bahan-bahan mentah, pemerintah kolonial Belanda mendirikan pabrik-pabrik, membangun pelabuhan-pelabuhan, jalan raya dan jalan-jalan kereta-api. Akan tetapi, semua itu bukanlah demi memperbaiki kondisi Hindia-Belanda yang sedang mengalami keterpurukan di bidang ekonomi dan sosial, melainkan untuk mengintensifkan pendapatan pemerintah kolonial terhadap rakyat bumiputera.
 
Dengan demikian pengaruh kapitalisme yang besar semakin masuk ke dalam masyarakat Hindia-Belanda. Masuknya pengaruh dari kapitalisme itu telah mendorong lahirnya kelas-kelas baru di dalam masyarakat Indonesia, yaitu; proletar, intelektual dan borjuasi. Lahirnya kelas proletar ini selanjutnya yang mendorong berdirinya organisasi serikat buruh di berbagai tempat di Indonesia. Di banyak tempat di Indonesia mulai berdiri serikat-serikat buruh, seperti serikat buruh pelabuhan, serikat buruh kereta-api, serikat buruh percetakan dan serikat buruh-serikat buruh di pabrik-pabrik lainnya.
 

Berdirinya Serikat Buruh di Hindia-Belanda

 
Pada tahun 1905 berdirilah serikat buruh kereta-api yang bernama SS-Bond (Staats-Spoor Bond). Dalam tahun 1908 berdirilah Perkumpulan Pegawai Spoor dan Trem (Vereniging van Spoor en Tram Personeel – VSTP), suatu serikat buruh kereta-api yang terkenal militan pada saat itu.
 
Serikat-serikat buruh ini merupakan sekolah-sekolah politik bagi massa kaum buruh. Akan tetapi, perjuangan serikat buruh adalah perjuangan yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan langsung daripada para anggotanya, untuk perbaikan upah dan syarat-syarat kerja, suatu perjuangan yang terbatas pada soal-soal sosial ekonomi. Kesadaran yang diperoleh melalui aksi-aksi  pemogokan belumlah dapat mencapai tingkat kesadaran-kelas yang sempurna, tetapi baru pada tingkat kesadaran pertentangan antara mereka sebagai buruh-upahan terhadap majikannya itu sendiri yang memeras tenaganya, tingkat kesadaran yang ada masih sangat mendasar hanya kesadaran yang masih terbatas untuk memperjuangkan nasibnya sendiri, nasib golongannya saja.
 
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan gerakan buruh, kesadaran politik dan orgarisasi kelas buruh pun meningkat pula. Kelas buruh menghendaki suatu organisasi yang tidak hanya membatasi diri pada perjuangan serikat buruh, sebab hanya dengan organisasi serikat buruh, sistem kapitalisme, yang merupakan sumber kemiskinan dan kesengsaraan bagi seluruh massa pekerja, tidaklah dapat ditumbangkan. Untuk menumbangkan sistem kapitalisme, kelas buruh harus menjalankan perjuangan politik yang revolusioner, kelas buruh harus memiliki partai politik.
 
Tingkat kesadaran kelas buruh inilah yang mendorong berdirinya suatu partai politik, yang merupakan alat untuk memperjuangkan cita-cita dan politik daripada klas buruh. Partai politik klas buruh ini tidaklah hanya untuk memimpin perjuangan klas buruh guna perbaikan upah dan syarat-syarat kerja kaum buruh, akan tetapi sampai dengan untuk merombak susunan masyarakat yang memaksa seseorang yang tidak bermilik harus menjual tenaganya kepada kaum kapitalis-imperialis.
 

Munculnya Partai Buruh di Hindia-Belanda

 
Pada bulan Mei tahun 1914 di Semarang telah berdiri Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia (Indische Sociaal Democratische Vereniging — ISDV), suatu organisasi politik yang menghimpun intelektual-intelektual revolusioner bangsa Indonesia dan Belanda. Tujuannya ialah untuk menyebarkan Marxisme di kalangan kaum buruh dan Rakyat Indonesia. Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia inilah yang pada tanggal 23 Mei tahun 1920 berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
 
Lahirnya PKI merupakan peristiwa yang sangat penting bagi perjuangan kemerdekaan Rakyat Indonesia. Pemberontakan kaum tani yang tidak teratur dan bersifat perjuangan sedaerah atau sesuku dalam melawan imperialisme Belanda, yang terus menerus mengalami kegagalan, sejak PKI berdiri, menjadi diganti dengan perjuangan proletariat yang terorganisasi dan yang memimpin perjuangan kaum tani dan gerakan revolusioner lainnya.
 
Pecahnya Revolusi Oktober di Rusia tahun 1917 sangat berpengaruh pada proletariat Indonesia. Lahirnya PKI dan perkembangannya tidaklah dapat dipisahkan dari pengaruh kemenangan Revolusi Oktober itu. Kemenangan Revolusi Oktober Besar di Rusia itu telah membangkitkan kesadaran Rakyat-Rakyat jajahan yang dipengaruhi oleh ideologi komunisme. Revolusi Oktober, memberi keyakinan kepada Rakyat Indonesia, bahwa imperialisme Belanda pasti dapat dijatuhkan, dan Rakyat Hindia-Belanda akan dapat mendirikan negara yang bebas dan merdeka.
 

Sneevliet dan Kemunculan PKI

 
Kemunculan paham Komunisme diawali dengan datangnya kaum komunis dari Belanda bernama lengkap Hendricus Josephus Fransiscus atau dikenal dengan Sneevliet. Proses berpolitiknya dimulai ketika tahun 1901 pada usia 20-an, dia mulai berkenalan dengan gelanggang politik. Ia bergabung dalam Sociaal Democratische Arbeid Partij (Partai Buruh Sosial Demokrat) di Belanda. Sneevliet memimpin pemogokan-pemogokan buruh di Belanda lewat federasi serikat buruh yang dibuat oleh Pemerintah Belanda mulai melakukan penekanan terhadap Sneevliet. Pada tahun 1912 ia mengundurkan diri setelah terjadi konflik antara serikat buruh yang dipimpinnya dengan federasi serikat buruh.
 
Tahun 1913 pertama kali ia menginjakkan kaki ke Indonesia, tepat setelah dunia pergerakan di Hindia Belanda sedang bersemi. Pada tahun 1914, ia mendirikan sebuah organisasi politik yang diberi nama Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) pada tahun 1914, dalam waktu setahun perkembangan organisasi mengalami perkembangan pesat menjadi ratusan anggotanya.
 
Usaha Sneevliet yang meletakkan pondasi bagi perkembangan PKI adalah membentuk nekleus kaum sosialis yang dimulai dari para pekerja asing berkebangsaan Belanda, membangun gerakan serikat buruh, dan melakukan intervensi ke dalam gerakan nasionalis. Dengan mengangkat isu perlawanan terhadap kolonialisme-imperialisme sehingga keberadaan ideologi komunisme dapat diterima oleh para pemuda di Indonesia.